Contoh Puisi – Coba tebak, potongan puisi di bawah ini yang menulis siapa? Bukan Ananda Badudu atau Rara Sekar, yaa. Mereka memang menghargai puisi itu melalui musikalisasi puisi.

cemara menderai sampai jauh,
terasa hari akan jadi malam,
ada beberapa dahan ditingkap merapuh,
dipukul angin yang terpendam 

Puisi di atas dicatat oleh Chairil Anwar. Judulnya Derai-Derai Cemara. Jika jadi perhatian, diksinya simpel tetapi formasi ucapnya itu cantik sekali. Nach, beberapa ciri puisi memang semacam itu gaes.

Kamu masih inget kan beberapa ciri puisi dan pemahaman, elemen, dan susunannya? Jika lupa, bisa baca artikel berikut dahulu, ya!

Nach, ini kali, kakak akan ngajak kamu untuk segera berseluncur dalam beberapa contoh puisi dari beragam topik. Langsung saja yok dibaca!

Contoh Puisi Pendidikan

Sajak Seonggok Jagung

(oleh W.S. Rendra)

Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan

Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang;
Ia melihat petani;
Ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar…

Dan ia juga melihat
suatu pagi hari
di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur
tungku-tungku menyala.
Di dalam udara murni
tercium bau kue jagung.

Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda.
Ia siap menggarap jagung.

Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja

Tetapi ini:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tamat SLA
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.

Ia memandang jagung itu
dan ia melihat dirinya terlunta-lunta
Ia melihat dirinya ditendang dari diskotik.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik
etalase ia melihat saingannya naik sepeda motor.

Ia melihat nomor-nomor lotre.
ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyangkut pada akal,
tidak akan menolongnya.

Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
tetapi kurang latihan bebas berkarnya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.

Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi
asing di tengah kenyataan persoalannya?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibukota
kikuk pulang ke daerahnya?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran
atau apa saja
bila pada akhirnya
ketika ia pulang ke daerahnya lalu berkata
Di sini aku merasa asing dan sepiiiii!

Puisi tentang Murid Masa Kini

Suara Murid Masa Kini

(oleh Pipit Sriwulan)

Inginku bebas inginku lepas
Terserah air mengalir ke mana
Melewati pasir, lembah dan telaga
Berlari sekuat-kuatnya yang tanpa batas

Kebebasan mengolah cipta, rasa, dan karya itu hak kami
Tuk memupuk sejuta potensi yang terpatri di sanubari
Maka waktu, ilmu dan maju akan tumbuh dalam diri
Kemerdekaan dalam bermain dan belajar haruslah ditaati

Dukunglah kami, bimbinglah kami
Menggapai keemasan sebagai wujud dari mimpi
Doakan kami, agar tiada jalan yang tak pantas tuk dilalui
Kami hanyalah seekor semut yang pantas tuk disayangi

Sungguh pendidikan adalah pusaka
Harus selalu dijaga kemurnian dan keutuhannya
Mengayomi, memfasilitasi mencetak generasi
sesuai keyakinan falsafah negeri
Menopang kuat kemajuan negara,
berakarkan budaya Indonesia

Contoh Puisi Guru

Fasal-Fasal Ihwal Guru

(oleh Imam Budiman)

Pembuka

dari para guru aku bermula,
segenap cahaya pewaris Nabi

[satu]

Guru adalah sampan dengan kemudi cinta serta dayung cahaya

yang melarung tubuhku bertualang ke samudera pengetahuan;

ke huruf-huruf arkais yang tak kukenali, ke taman bunga
penuh rumusan, angka-angka, juga kiasan bahasa

[dua]

Guru adalah peletak batu pertama di alas kepalaku,
upaya dirinya menuntun–membaca aksara zaman
cahaya dalam pengabdian: teladan dan kata-kata

[tiga]

Guru adalah mata air yang mengalir dalam sukmaku,
nasihat yang terbit dari ketulusan dan keluhuran cinta
semoga Tuhan selalu menerangi jalanmu; kini dan kelak

[empat]

Guru adalah muara khidmat tak berselat,
tanpa kenal payah hingga parau bersuara
–menjauhkanku dari segala tuba kejahilan

[lima]

Guru adalah kompas di tengah belantara
yang mengarahkanku mencintai sungai,
lapisan tanah, susunan langit, hujan
: semua rahasia semesta raya

[enam]

Guru adalah desau angin yang merawat dedaunan
yang melahirkan matahari kecil di hati dan pikiran
: menjadikan akal budiku manusia

[penutup]

kepada para guru aku akhiri,
segenap cahaya pewaris Nabi

Puisi Terima Kasih Guru

Terima Kasih Guru

(oleh Chairil Anwar)

Terima kasih, guru
Untuk teladan yang telah kau berikan
Aku selalu mempertimbangkan semua yang kau ajarkan
Dan merefleksikan itu semua pada karakter pribadiku

Aku mau menjadi sepertimu
Pintar, menarik, dan gemesin
Positif, percaya diri, protektif

Aku mau menjadi sepertimu
Berpengetahuan, pemahaman yang dalam
Berpikir dengan hati dan juga kepala
Memberikan kami yang terbaik
Dengan sensitif dan penuh perhatian

Aku mau menjadi sepertimu
Memberikan waktumu, energi, dan bakatmu
Untuk meyakinkan masa depan yang cerah
Pada kita semua

Terima kasih, guru
Kau telah membimbing kami
Aku mau menjadi sepertimu

Contoh Puisi Sahabat

Sajak-Sajak Amelinda

(oleh Laras Sekar Seruni)

[satu]
ketika subuh
menjelma bait-bait
rindu
kita
dihampar garis waktu
yang masih bisu
tapi sama rata
sama rasa

[dua]
dan anak-anak
kucing berkejaran
di jalanan rindang
di depa kenangan
di hela jari-jari
kwatrinmu
dan aku
masih mencari sisa ceritamu

[tiga]
di sela-sela jemuran
kersik-kersik teras
depan kamar
kresek-kresek hitam
bertebaran
menjadi bisik-bisik
suaramu yang
lekap dengan aroma siang

[empat]
duh, teman
turunkan segenap
suar yang kau bentangkan
di hadapannya
dan saat dia membuatmu
merana karena cinta,
katakan pada kita.
biar dia tahu rasanya
dilibas dengan kata-kata

[lima]
kapan kita mengulang
fragmen hari ini dan
esok dan lusa dan
detik-detik berikutnya
dalam detak napasmu?
sebab kita tidak pernah
mengenal kemarin

[enam]
hanya ada
waktu
dan kamu

[tujuh]
aku  mencintai hujan
dengan segenap
suara riuhnya
aku mencintai
pelangi
karena ada kita
di dalamnya

[delapan]
sanggupkah kau
merindukan tiap
uap suaranya?
semagis sayap embun
di akhir pagi
sepurna jingga
di batas senja