Cerpen Singkat – Waktu sekolah dahulu, jujur saja saya sukai sekali sama pelajaran Bahasa Indonesia. Apalagi jika sudah diminta membaca dan menulis cerpen. Ibaratnya, mengarang cerpen itu sama juga dengan mengaplikasikan semua pengetahuan yang dipelajari di pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti misalnya, pertanda baca, beragam sisipan, atau implementasi beberapa jenis text.
Nach, untuk kamu yang sukai membaca cerpen, yok saksikan contoh-contoh cerpen singkat dari beragam jenis topik yang hebat dan menarik di bawah ini.
Apa Itu Cerpen
Cerpen itu apa si ? Cerpen Singkat itu kependekan dari “narasi pendek”. Sama dengan namanya, cerpen ialah bentuk prosa fiksi singkat yang mempunyai perselisihan tunggal. Jika ingin gampangnya, sich, cerpen itu narasi fiksi yang sekali habis, dimulai dari pengenalan figur, perselisihan, sampai penuntasan. Panjang cerpen tidak bisa lebih dari 10.000 kata, loh.
Tipe-Jenis Cerpen
Cerpen sendiri mempunyai tiga tipe, yakni:
1. Cerpen Pendek
Loh, kan cerpen itu sudah “pendek”, adakah lebih pendek? Hehe, sama dengan namanya, cerpen pendek cuma terbagi dalam 500 – 700 kata. Bahkan juga, kadangkala ada yang mengatakan dengan ficlet.
2. Cerpen Sedang
Cerpen sedang ialah narasi yang mempunyai panjang 700 – 1000 kata.
3. Cerpen Panjang
Cerpen ini tersusun lebih dari 1000 kata. Bahkan juga ada yang sampai capai 5000 – 10.000 kata.
Contoh Cerpen Singkat
Agar lebih memahami, ada banyak contoh narasi pendek yang dapat kamu menjadikan referensi saat belajar. Yok, dibaca!
1 . Cerpen Singkat dengan judul Pejuang kreasi Maria Maghdalena Bhoernomo
Lelaki tua itu selalu sukai kenakan lencana merah putih yang dipasangkan di pakaiannya. Dimanapun ada, lencana merah putih selalu menghias performanya.
Dia memang seorang pejuang yang dulu pernah berperang bersama beberapa pahlawan di periode penjajahan saat sebelum negara dan bangsa ini
merdeka. Sekarang semua rekan seperjuangannya sudah tidak ada. Kerap dia mengucapkan syukur karena mendapatkan anugerah usia panjang. Dia dapat
melihat masyarakat hidup dalam kenyamanan.
Tidak lagi dijajah oleh bangsa lain. Tak lagi berperang gerilya masuk keluar rimba. Tetapi dia kerap mengeluh-ratap setiap membaca koran yang menyampaikan kondisi negara ini makin miskin karena korupsi yang sudah dipandang lumrah untuk semua pengurus negara.
Banyak kekayaan negara dikuras mati-matian oleh beberapa perusahaan asing yang bekerjasama dengan elite
politik. Sekarang, semua elite politik hidup dalam kemewahan, sama seperti beberapa pembelot bangsa saat sebelum negara ini merdeka. Dahulu, pada periode penjajahan, beberapa pembelot bangsa jadi mata-mata Kompeni.
Mereka sampai hati mempertaruhkan anak negeri sendiri untuk keuntungan individu. Mereka mendapat beragam sarana eksklusif. Seperti rumah, mobil dan wanita-perempuan elok. Dia mendadak terpikir kisah hidupnya menghajar beberapa pembelot bangsa di periode penjajahan.
Waktu itu dia diberikan tugas oleh Jenderal Sudirman untuk bersihkan negara ini dari pembelot bangsa yang sudah sampai hati mempertaruhkan siapa pun untuk keuntungan individu. “Beberapa pembelot bangsa ialah lawan lebih beresiko dibandingkan Kompeni. Mereka tidak patut hidup di negara sendiri. Kita harus membasminya sampai habis. Mereka mustahil dapat dibawa berusaha karena telah kenyataannyata membelot,” Jenderal Sudirman berbisik di telinganya saat dia turut bergerilya di tengah-tengah rimba.
Dia selanjutnya bergerilya ke beberapa kota membasmi golongan pembelot bangsa. Dia berusaha sendiri membasmi golongan pembelot bangsa. Dengan menyaru sebagai penjual tape singkong dan air perasan tape singkong yang dapat diminum sebagai alternatif arak atau tuak,dia bertandang ke beberapa rumah golongan pembelot bangsa. Banyak pembelot bangsa yang suka beli air perasan tape singkong.
Dasar golongan pembelot, senangnya cuma mengobral gairah saja. Dia demikian sakit hati ke golongan pembelot bangsa. Mereka harus ditumpas habis dengan apa. Dan dia pilih langkah termudah tetapi benar-benar hebat untuk membasmi golongan pembelot bangsa. Air perasan tape singkong menyengaja dibubuhi racun yang didapat dari teman dekatnya bernegara Tionghoa yang benar-benar memberikan dukungan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Entahlah dibuat berbahan apa, racun itu benar-benar beresiko. Bila digabung air perasan tape singkong, lantas diminum, karena itu dalam kurun waktu dua jam sesudah meminum, karena itu sang peminum akan tertidur untuk selama-lamanya. Tidak ada yang mengetahui, begitu golongan pembelot bangsa meninggal satu-satu sesudah menenggak air perasan tape singkong yang sudah digabung racun.
Dokter-dokter yang membantu mereka menyangka mereka mati karena penyakit serangan jantung. Dukun-dukun yang coba membantu mereka menyangka mereka mati karena terserang teluh. Pemukapemuka agama yang coba membantu mereka menyangka mereka mati karena sumpah Tuhan karena mereka sudah berbuat banyak dosa.
2. Contoh Cerpen Singkat dengan judul Pertemanan Sejati
Sekarang ini saya ada di kelas 3 SMP, tiap hari kujalani bersama ke-3 teman dekatku yakni Aris, Andri, dan Ana. Kita berempat telah berteman semenjak kecil.
Satu saat kami menulis surat kesepakatan pertemanan di sobekan kertas yang ditempatkan ke sebuah botol, selanjutnya botol itu dipendam di bawah pohon yang nanti surat itu akan kami buka saat kami terima hasil ujian kelulusan.
Hari yang kami berempat nantikan pada akhirnya datang, kami juga terima hasil ujian dan hasilnya kita berempat lulus semua.
Kami serempak segera pergi lari ke bawah pohon yang dulu pernah kami kunjungi dan mengeruk pas di mana botol yang dulu dipendam ada.
Selanjutnya, kami berempat buka botol itu dan membaca tulisan yang dahulu pernah kami tulis. Kertas itu tertulis “Kami janji akan selalu bersama untuk selama-lamanya.”
Esok hari, Aris merencanakan untuk rayakan kelulusan kami berempat.
Malamnya kami berempat pergi bersama ke sesuatu tempat dan disanalah saat yang tidak bisa saya melupakan karena aris merencanakan untuk mengatakan hatinya kepadaku. Pada akhirnya saya dan Anis pacaran.
Begitupun dengan Andri, ia juga pacaran dengan Ana. Malam itu benar-benar malam yang spesial buat kami berempat. Kami juga segera untuk pulang.
Saat perjalanan pulang, entahlah kenapa hatiku tidak sedap.
“Hatiku tidak sedap sekali ya?” Ucapku penuh kuatir.
“Udahlah Ndi, rileks saja, kita tidak akan kenapa-kenapa” jawab Andri dengan rileks.
Sesaat sesudah itu, hal yang dicemaskan Nindi terjadi.
“Arissss awasss! di muka ada juang!” Teriak Nindi.
“Aaaaaaaaaa!!!”
Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai masuk ke jurang. Saya tak kuasa meredam air mata yang tetap mengucur sampai saya tidak sadar diri.
Perlahan-lahan saya buka mataku dikit demi sedikit dan saya menyaksikan ibu ada di sampingku.
“Nindi.. kamu telah sadar, Nak?” Bertanya ibuku.
“Ibu.. saya di mana? Di mana Ana, Andri, dan Aris?” tanyaku.
“Kamu di dalam rumah sakit Nak, kamu yang sabar ya, Andri dan aris tidak dapat ditolong di lokasi kecelakaan” Jawab ibu sekalian menitikkan air mata.
Saya termenung dengar perkataan ibu dan air mataku menetes, tangisku tidak ada henti dengar pengakuan ibu.
“Aris, kenapa kamu meninggalkan saya, walau sebenarnya saya sayang sekali ke kamu, saya cinta kamu, tetapi kamu ninggalin saya demikian cepat, semua pergi ninggalin saya.” batinku berbicara.
Lalu, dua hari berakhir dan saya bertandang ke pusara mereka, saya mengharap kami bisa habiskan waktu bersama sampai tua. Tapi saat ini semua itu cuma harapan. Saya janji akan selalu kenang kembali kalian.
3. Contoh Cerpen Singkat dengan judul Rimba Merah kreasi Fauzia. A
Matahari berkilau terik di Lampung. Cahayanya terhambat rimbunnya pohon-pohonan, hingga cuma tersisa arsip tipis. Burung-burung berkicau seakan sedang menyanyikan lagu untuk alam. Bunyi riak-riak jernih sungai beradu dengan batu kali bersatu dengan sahutan dari sejumlah penghuni rimba yang lain. Ya, berikut rumah Bora, sang anak gajah Lampung yang kini sedang asyik bermain bersama beberapa temannya dalam suatu sungai.
Saat Bora menyemprot air ke Dodo—anak gajah lainnya—dengan belalainya, dia juga memekik keras. Hingga kemudian, keceriaan mereka terpecah oleh bunyi berisik dari samping utara rimba. Bunyi berisik itu bersatu dengan gemuruh suatu hal yang masih sama sekali tidak Bora mengenal.
“Hei, saksikan itu!”
Semua serempak hentikan aktivitas mereka dan melihat ke langit yang dipilih Dodo. Asap hitam tebal yang melambung tinggi disana. Asap itu makin tebal dan terus menebal. Itu adalah peristiwa aneh yang baru pertama kalinya mereka tonton. Sejauh ini yang mereka mengetahui, langit selalu warna biru ceria dengan awan putih berarakan.
Kesunyian rimba itu selanjutnya pecah saat Teo mendadak saja tiba sekalian memekik keras, “Rimba kebakar! Rimba kebakar!”
Semua turut memekik ketakutan. Rimba kebakar! Rumah mereka kebakar!
“Bora! Apa yang kau kerjakan!? Cepat pergi!” Pipin berteriak sekalian menarik belalai Bora dengan belalainya..
Situasi rimba yang semula damai damai, saat itu juga jadi neraka untuk semua hewan. Asap hitam pekat yang mulai menyelimutinya semua rimba ini. Temperatur udara mulai panas, membuat beberapa hewan semakin berteriak keras.
Bora cemas bukan bermain. Sekalian meng ikuti cara Pipin, matanya mengarah ke sana-ke silahkan, cari figur ibunya.
“Pipin! Di mana ibuku?” bertanya Bora.
“I-ibu … ibumu ….” Pipin tidak dapat menjawab karena sama tidak paham di mana ibu Bora ada.
“Saya harus kembali lagi ke sarang!” Bora melepas belalainya dari belalai Pipin, lantas kembali untuk kembali lagi ke sarangnya.
Tetapi, saat sebelum Bora memperlancar tujuannya itu, Pipin telah menarik lagi belalainya. “Ibumu tentu sudah ada di muka. Bersama gajah dewasa yang lain.”
Bora mempedulikan perkataan Pipin, lantas loloskan lagi belalainya dan berlari sekeras mungkin ke arah sarangnya.
“Bora!” Pipin berteriak ada berada di belakangnya.
Bora sampai di dekat sarangnya ada dengan napas terengah. Dia segera membelalakkan mata demikian menyaksikan figur ibunya sedang berusaha susah payah keluar sarang. Api telah menyebar setiap pohon di dekat sarangnya tersebut.
“Ibu!” teriak Bora semaksimal mungkin.
“Sedang apa kamu?! Cepat keluar dari sini!” teriak ibu Bora sekalian gerakkan belalainya, memerintah Bora menjauhi tempat ini.
“Tidak! Saya tidak ingin!” balas Bora keras kepala. Mengapa ibunya bisa berbicara semacam itu? Walau sebenarnya pasti dia pada kondisi terjerat api?
“Cepat pergi, Bora!”
“Bora! Mari pergi!” Mendadak saja Pipin tiba ke tempatnya dan secara langsung menarik belalai Bora.
“Tidak ingin!” Bora membentak belalai Pipin keras. “Ibu! Saya akan selamatkanmu!”
“Jangan, Bora!” gertak Pipin
Kraaak! Braaak!
“IBU!! IBU!!” Bora terus meraung panggil ibunya. Pohon yang kebakar itu jatuh dan menerpa badan payah ibu Bora.
“Mari, Bora, kita harus pergi,” lirih Pipin sekalian menarik Bora.
Satu kali lagi Bora melihat ke belakang saat dianya cukup jauh dari sarangnya. Tidak lagi ada rimba hijau dengan tumbuhan teduh disekelilingnya. Rimba hijau yang selalu dia kagumi telah beralih menjadi rimba merah yang benar-benar panas.